Pada gaguritan sandyaka, dikisahkan di desa
Babayem tinggal seorang wanita keturunan bangsawan bernama Dyah Cedarasmi,
karena sering berhubungan intim dengan banyak lelaki, akhirnya hamil dan
melahirkan anak laki-laki yang begitu tampan bernama sandyaka. Setelah dewasa, sandyaka
bertanya mengenai ayahnya, ibunya pun tidak mau berterus terang di mana dan
siapa ayah sandyaka sebenarnya. Sandyaka terus mendesak ibunya, agar mau
memberitahukan siapa ayahnya, dalam keadaan terdesak, akhirnya ibunda sandyaka mengatakan siapa dan di mana
keberadaan ayahnya.
Berdasarkan saran dari ibunya, akhirnya
sandyaka berhasil menemukan orang
tuanya, ternyata sandyaka memiliki
tiga orang ayah. Ayah yang paling tua ditemui, tetapi menolak dan mengusirnya.
Lalu didatangi ayah yang kedua, juga tidak mau mengakui sandyaka sebagai putra. Selanjutnya, didatangi ayah yang ketiga,
ternyata juga mengalami nasib yang sama. Setelah ditolak oleh ketiga ayahnya, sandyaka pulang menemui ibunya dalam
keadaan kesal dan berlinang air mata. Berangkat dari pengakuan ayahnya, sandyaka pun memutuskan untuk pergi
menjelajahi negeri. Sebelum pergi, ibunya menyarankan agar sandyaka menemui orang tuanya, kemudian sandyaka mendatangi ketiga orang ayahnya. Ayah paling tua ditemui,
diberikan nasehat dan sebuah keris, selanjutnya ayah kedua didatangi,
memberikan seperangkat kain dan langsung dipakai oleh sandyaka. Sedangkan ayah yang ketiga didatangi, hanya memberikan
nasehat-nasehat, agar dapat menjalani
kehidupan dengan lebih baik.
Setelah berpamitan terhadap orang
tuanya, kemudian sandyaka berangkat
untuk menjelajahi negeri, sudah tujuh hari diperjalanan, akhirnya sampai di
perbatasan, yang disebut dengan kerajaan negeri Kali. Kemudian, sandyaka bertemu dengan patih Legapati,
melihat sikap rendah hati dan ketampanan sandyaka,
patih Legapati mengajak untuk tinggal bersama. Setelah beberapa hari
tinggal bersama paman patih, sandyaka langsung
diajak untuk bertemu dengan Baginda Raja. Dalam pertemuan, Baginda Raja dengan
senang hati menerima sandyaka tinggal
di Kerajaan. Setelah lama tinggal di kerajaan Kali, sandyaka diajak ke tempat peraduan ayam, oleh Baginda Raja. Pada
saat itu, sandyaka disuruh untuk
mengambil taji di gedong timur, ternyata melihat permaisuri Raja sedang
berzinah dengan Banyak Sangsaya, putra dari patih Legapati. Untuk menutupi kelakuannya,
permaisuri mengadu kepada Baginda Raja bahwa dirinya telah diperkosa oleh sandyaka. Mendengar hal itu, Baginda
Raja menjadi sangat marah dan berkeinginan untuk membunuh sandyaka secepatnya. Baginda Raja berpikir dalam hati dan menemukan
cara untuk membunuh sandyaka dengan
cara halus. Disuruhlah sandyaka, untuk
menembangkan tembang Misa Gagang, kalau tidak mampu menembangkan tembang itu, Baginda
Raja akan membakar sandyaka hidup-hidup. Mendengar titah
Raja seperti itu, sandyaka meminta waktu
3 hari untuk belajar tembang Misa Gagang. Dengan usaha dan kerja keras,
akhirnya sandyaka berhasil
menembangkan tembang Misa Gagang. Baginda Raja menjadi sangat benci dan kesal
akan kepintaran sandyaka, kemudian lagi
melakukan siasat untuk membunuh sandyaka,
namun selalu gagal. Setelah mengetahui siasat dan akal licik Baginda Raja untuk
membunuh dirinya, akhirnya sandyaka pergi
dari kerajaan Kali.
Saat kepergian sandyaka, Baginda Raja menjadi sangat marah, karena merasa terhina,
sehingga menyuruh prajurit beserta patih kerajaan untuk mencari sandyaka di pelosok negeri. Segala cara
telah dilakukan Baginda Raja untuk mencari sandyaka,
tetapi belum berhasil untuk menemukannya. Baginda Raja menjadi sangat kesal, kemudian
menyuruh prajurit untuk menyerbu seluruh tempat yang disinggahi sandyaka, tetap belum ditemukan. Setelah
beberapa hari bersembunyi dari kejaran prajurit kerajaan, sandyaka pergi kehutan dan tiba disungai Patirtan di desa
Mandrawati. Kemudian, sandyaka
bertemu dengan tukang bangunan yang memiliki seorang putri cantik bernama Dyah Sukaranti.
Setelah lama tinggal di desa Mandarawati, ternyata sandyaka jatuh hati kepada putri tukang bangunan. Setelah itu, sandyaka melamar Dyah Sukaranti untuk
dijadikan istri.
Baginda Raja yang mendengar berita
tentang pernikahan pemuda tampan dengan gadis cantik dari desa Mandarawati,
langsung menyuruh patih Legapati untuk meminang gadis tersebut. Setelah Dyah
Sukaranti di bawa oleh patih Legapati ke istana kerajaan Kali, tesirat
kesedihan sandyaka, tukang bangungan
dan istrinya yang tidak bisa berbuat apa-apa. Sesampainya di istana, Dyah
Sukaranti dihadapkan kepada Baginda Raja, setelah itu langsung masuk ruangan
pengantin. Kemudian langsung mencium dan memeluk, baru hendak menitihkan, tercium bau tidak
sedap yang keluar dari badan Dyah Sukaranti. Setelah itu, memanggil dan meminta
patih Legapati, agar Dyah Sukaranti segera dipulangkan. Sesampainya Dyah
Sukaranti di desa Mandarawati, sandyaka langsung
melalukan upacara pernikahan yang sesuai dengan adat istiadat.
Baginda Raja yang mendengar tentang
pernikahan sandyaka dengan Dyah Sukaranti,
menjadi sangat marah karena telah dibodohi. Kemudian Baginda Raja, patih
Lepapati dan prajurit kerajaan menyerbu kediaman sandyaka di desa Mandarawati.
Sandyaka langsung menuju hutan bersama istri, dan menyiapkan diri untuk
menghadapi serangan Baginda Raja. Dibuatkan boneka penakut, berjumlah dua ratus
banyaknya, kemudian pasukan kerajaan menyerang, tetapi musuh tidak bergerak
sama sekali walaupun sudah di hujani peluru. Setelah itu, pasukan kerajaan
mundur karena ketakutan, Baginda Raja dan patih Lepati pun lari terbirit-birit.
Akhirnya hati sandyaka dan Dyah
Sukaranti sangat senang, atas kemunduran musuh, kemudian memutuskan untuk tinggal
di hutan, melakukan pertapaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar